PEMEROLEHAN BAHASA
PERTAMA: FONOLOGI DALAM KELUARGA PADA ANAK USIA 3 TAHUN
Oleh
Heni
Ismawati
10.0504.H
Abstrak
Bahasa
pada anak-anak menjadi sorotan bagi kehidupan orang-orang sekitar yang
mengenalnya dalam peristiwa komunikasi. Anak menggunakan bahasa untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu
terjadi di lingkungan keluarga seorang anak. Proses tersebut mengandung porsi
fonologi yang berkaitan dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan dalam tahapan pemerolehan
bahasa pada anak. Anak-anak
usia 3 tahun mempunyai pemerolehan bahasa yang berbeda-beda. Pemerolehan
tersebut berhubungan dengan taraf kognitif tiap anak dan penampilan (tingkah
laku) yang ditunjukkan dalam kegiatan berbahasa.
Kata kunci:
Pemerolehan bahasa, pemerolehan bahasa pertama, pemerolehan
fonologi
Pendahuluan
Bahasa
adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh
alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi
oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001: 3).
Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial baik sebagai alat pemersatu maupun
sebagai cara mengidentifikasi kelas sosial atau kelompok sosial. Dalam
berkomunikasi, setiap individu berfikir untuk memilih dan menggunakan bahasa
tertentu untuk berkomunikasi dengan individu lain.
Fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi tidak terlepas dari adanya proses pemerolehan bahasa itu sendiri.
Pemerolehan bahasa adalah sebuah tahapan atau proses di dalam otak secara
kognitif yang dialami oleh manusia pada masa kanak-kanak, saat memperoleh
bahasa pertamanya. Bahasa
yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya adalah
bahasa Ibu (mother language) atau sering disebut dengan bahasa pertama
(first language). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak
sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses
performansi (Chaer, 2009: 167).
Pemerolehan
bahasa pada anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan
psikhis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi kata-kata ditandai oleh
perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap
tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga
tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat, dan mengartikan simbol-simbol
bunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikhis, kemampuan
memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional
anak saat berlatih mengucapkan kata-kata.
Berkaitan
dengan pola pengucapan oleh anak-anak pada umumnya, perlu diperhatikan beberapa
persamaan dan perbedaan untuk beberapa vokal dan konsonan tertentu. Pengucapan
kata berdasarkan sistem tanda (simbol) ini dipelajari oleh cabang ilmu bahasa
yang disebut fonologi. Sebagaimana dijelaskan oleh Kushartanti, ilmu tentang
bunyi pada umumnya disebut fonetik; bunyi bahasa diteliti dan diuraikan dalam
fonologi atau fonemik. Ilmu atau sistem tentang makna disebut semantik.
Leksikon, gramatika, dan fonologi sebagai tiga bagian dari struktur bahasa
menyangkut segi makna dan segi bunyi dari bahasa; oleh sebab itu juga mempunyai
aspek semantis dan aspek fonetis. Subsistem fonologi atau struktur fonologis
mencakup segi-segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan dengan ciri-cirinya
(yang diteliti oleh fonetik), maupun yang bersangkutan dengan fungsinya dalam
komunikasi (Kushartanti, 2005:7).
Pemerolehan bahasa pasti terjadi
dalam sebuah lingkungan. Salah satunya adalah lingkungan atau lingkup keluarga
dimana seorang anak tinggal bersama orang tuanya (keluarganya). Dalam hal ini
keluarga berperan penting dalam proses pemerolehan bahasa pada anaknya, dan
membantunya menggunakan bahasa sebagai wujud komunikasi kepada orang-orang
disekitarnya. Pemerolehan bahasa oleh seseorang secara tidak langsung
dan dikatakan aktif berlaku dalam kalangan kanak-kanak dalam lingkungan umur
2-6 tahun. Hal ini tidak bermakna orang dewasa tidak memperoleh bahasa tetapi
kadarnya tidak sehebat anak-anak.
Salah
satu patokan usia kanak-kanak yang sangat menarik terjadi pada usia 3 tahun.
Pada usia tersebut, seorang anak mengalami masa peralihan yang cukup signifikan
dalam hal pemerolehan bahasa pertamanya, khususnya dalam lingkup keluarga.
Bahasa dalam wujud ujaran yang dilontarkan oleh anak usia 3 tahun tersebut,
menarik perhatian setiap orang yang mendengarnya. Baik dari segi pelafalan yang
meliputi kosa-kata maupun cara penyampaiannya. Anak-anak usia 3 tahun
mempunyai pemerolehan bahasa yang berbeda-beda. Pemerolehan tersebut
berhubungan dengan taraf kognitif tiap anak dan penampilan (tingkah laku) yang
ditunjukkan dalam kegiatan berbahasa.
Bertolak dari latar belakang masalah yang telah
dipaparkan di atas, penulis membahas lebih lanjut mengenai
bentuk-bentuk pemerolehan bahasa pertama berupa fonologi (fonetik) dalam
keluarga yang
terjadi pada anak usia 3 tahun. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bentuk-bentuk pemerolehan bahasa pertama berupa fonologi dalam keluarga yang terjadi pada anak usia
3 tahun.
Kajian Teori
Brookes (dalam Yusoff,
1995: 456) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa dalam bentuk yang paling
sederhana bagi setiap bayi bermula pada waktu bayi itu berumur lebih kurang 18
bulan dan mencapai bentuk yang hampir sempurna ketika berumur lebih kurang
empat tahun. Menurut Simanjuntak (1982: 12) pemerolehan bahasa bermaksud
penguasaan bahasa oleh seseorang secara tidak langsung dan dikatakan aktif
berlaku dalam kalangan anak-anak dalam lingkungan umur 2-6 tahun.
Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses perkembangan bahasa manusia. Kanak-kanak
sejak lahir telah diberi kemampuan untuk memperoleh bahasanya. Pemerolehan
bahasa ini dipengaruhi pula oleh interaksi sosial dan perkembangan kognitif
anak. Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh melalui sebuah proses sehingga
perlu ada pendekatan-pendekatan tertentu di dalamnya (Yanti, 2013: 1). Proses
pemerolehan bahasa merupakan suatu hal yang kontroversial antara para ahli
bahasa. Permasalahan yang diperdebatan antara para ahli adalah pemerolehan
bahasa yang bersifat nuture dan nature (Dardjowidjojo, 2010: 235).
Dari
beberapa pendapat tentang pemerolehan bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses bagaimana bahasa diperoleh anak-anak
dengan kemampuan kognitif dan afektif yang dia miliki untuk mewujudkan bahasa
sebagai bentuk komunikasi verbal, sehingga anak dapat diterima oleh lingkungan
dimana dia berada.
Pemerolehan bahasa
pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak yang biasa disebut
bahasa ibu. Setiap anak yang normal pada usia di bawah lima tahun dapat
berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan di lingkungannya, walaupun tanpa
pembelajaran formal. Dalam usia ini pada umumnya anak-anak telah menguasai
sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dari bahasa pertamanya
(Bintangkecilungu, 2011: 2). Penguasaan atau perkembangan bahasa anak diperoleh
secara bertahap.
Bahasa yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya
adalah bahasa Ibu (mother language) atau sering disebut dengan bahasa
pertama (first language). Ada dua proses yang
terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses
kompetensi dan proses performansi (Chaer, 2009: 167).
Dari beberapa pendapat
tentang bahasa pertama tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa pertama ialah
bahasa yang pertama kali dikenalkan oleh orang tua kepada anaknya agar dapat
berkomunikasi dengan melalui kegiatan berbahasa. Sehingga, tak jarang bahasa
daerah sering disebut sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu bagi sebagian
besar masyarakat.
Dalam
kaitan antara konsep universal dengan pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan
fonologis, Jakobson dan Clark and Clark (dalam Dardjowidjojo, 2000: 21),
mengemukakan adanya keuniversalan dalam bunyi-bunyi pada bahasa itu sendiri
serta urutan pemerolehannya. Subsistem fonologi atau struktur fonologis
mencakup segi-segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan dengan ciri-cirinya
(yang diteliti oleh fonetik), maupun yang bersangkutan dengan fungsinya dalam
komunikasi (Kushartanti, 2005:7).
Dari beberapa pendapat
tentang pemerolehan fonologi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan
fonologi ialah porsi fonologi yang berkaitan dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan
dalam tahapan pemerolehan bahasa pada anak dalam proses pemerolehan bahasanya.
Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama
dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia
sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:45). Menurut
Slameto (2003: 60) lingkungan keluarga akan memberi pengaruh pada siswa berupa.
1.
Cara orang tua mendidik
Cara
orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua
yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang tua tidak menyediakan
peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar.
2.
Relasi antar anggota keluarga
Relasi
antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua dan relasi dengan
anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan belajar anak.
3.
Suasana rumah
Suasana
rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang sering terjadi
dikeluarga. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana
rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah dirumah dan dapat belajar
dengan baik.
4.
Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan
ekonomi anak erat kaitanya dengan belajar anak. Pada kondisi ekonomi keluarga
yang relatif kurang memyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak,
tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong keberhasilan anak.
Dari pendapat tentang
keluarga atau lingkungan keluarga tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga
merupakan sebuah lingkup pertama yang menaungi sesesorang dalam kehidupannya
dan membantunya memposisikan diri sebagai bagian dari lingkungan tersebut.
Usia
kanak-kanak yang sangat menarik terjadi pada usia 3 tahun. Pada usia tersebut,
seorang anak mengalami masa peralihan yang cukup signifikan dalam hal
pemerolehan bahasa pertamanya, khususnya dalam lingkup keluarga. Bahasa dalam
wujud ujaran yang dilontarkan oleh anak usia 3 tahun tersebut, menarik
perhatian setiap orang yang mendengarnya. Baik dari segi pelafalan yang
meliputi kosa-kata maupun cara penyampaiannya. Anak-anak usia 3 tahun mempunyai
pemerolehan bahasa yang berbeda-beda.
Pada
tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata
juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat, dan mengartikan
simbol-simbol bunyi dengan kematangan otaknya. Berdasarkan uraian tersebut,
anak usia 3 tahun menjadi bahasan dalam pemerolehan bahasa pertama dari segi
fonologi (fonetiknya).
Pembahasan
Bahasa
pertama merupakan bahasa yang digunakan oleh pamakai bahasa, dan cara memperolehnya
pada saat pertama kali mengenal bahasa. Bahasa ini diperoleh dari keluarga yang
mengenalkan yaitu adanya bunyi-bunyi bahasa sehingga terbentuk kata, lalu
menjadi sebuah tatanan kata. Namun, proses tersebut menjadi indah ketika
pemerolehan fonologi atau bunyi menjadi tidak sesempurna yang diinginkan oleh
yang membelajarkannya, karena adanya faktor internal masa kanak-kanak yang
cenderung umum. Moment ini terjadi pada anak-anak, khususnya pada usia 3 tahun.
Usia tersebut dipilih karena merupakan usia peralihan bahasa pada anak. Ketika
bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap mereka tidak sesuai dengan substansi
konteks kata, tetapi konteks makna tetap sama. Penelitian ini mengambil sampel
seorang anak laki-laki berumur ± 3 tahun bernama Donis. Berikut adalah hasil
analisisnya.
1.
Pemerolehan
Fonem /r/
Pada dasarnya pemerolahan bahasa anak-anak
itu melalui beberapa tahap. Anak tidak secara langsung bisa mengucapkan semua
fonem dalam tataran bunyi. Pemerolehan fonem paling mudah ialah pada fonem /b/.
Misalnya kata “Ibu”, karena fonem /b/ merupakan bunyi bilabial (bibir atas dan
bibir bawah) yang pertama kali dikuasai anak.
Lain halnya dengan fonem /r/ yang
penguasaannya melalui beberapa tahap. Dalam Werdiningsih (2002:6-7) dijelaskan
bahwa pemerolehan atau penguasaaan fonem /r/ diperoleh pembelajar bahasa Jawa
melalui empat tahap, yaitu (1) tahap zero (kosong) yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /oti/, (2) tahap
/r/ berubah menjadi /y/ yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /yoti/, (3)
tahap /r/ berubah menjadi /l/ yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /loti/ dan
(4) tahap /r/ terelisasi fonem /r/ yang tamak pada ucapan /roti/ diucapkan
/roti/ pula. Perhatikan cuplikan dalam percakapan berikut.
Donis :
Bu’, tumbas loti? (Bu, beli
roti)
Ibu
Donis : Lah
mau kan mpun tumbas? (Kan tadi sudah beli)
Donis :
tumbas neh (beli lagi)
Ibu
Donis : nek wes iki mpun ho ?
(habis ini sudah ya)
Donis :
ha’ah (ya)
(Percakapan
1)
Berdasarkan cuplikan percakapan di atas
jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /r/ mengalami tahapan-tahapan
tertentu. Donis dalam mengucapkan fonem /r/ dari kata /roti/ menjadi /loti/ .
Sehingga, dalam hal ini Donis dapat dikatakan mengalami tahap III dalam
penguasaan fonem /r/, yakni fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Perhatikan
pula cuplikan dalam percakapan berikut.
Bulek Is : Ibu nendi
dek? (ibu dimana dek)
Donis : neng
mbuli (di belakang)
Bulek
Is : nendi rak ono?
(dimana, tidak ada)
Donis :
Jek papung (lagi mandi)
Bulek
Is : oh, iya
(Percakapan
2)
Berdasarkan cuplikan
percakapan di atas jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /r/ mengalami
tahapan-tahapan tertentu. Donis dalam mengucapkan fonem /r/ dari kata /mburi/
menjadi /mbuli/ . Kata “mburi” adalah kosa kata bahasa jawa yang berarti
“belakang”. Sehingga, dalam hal ini Donis dapat dikatakan mengalami tahap III
dalam penguasaan fonem /r/, yakni fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
Jadi, hal tersebut merupakan bentuk tahap
pemerolehan fonologi yang termasuk kategori umum yang banyak dialami oleh
anak-anak dengan umur sekitar 3 tahunan, yaitu pada pengucapan fonem /r/.
2. Pemerolehan Fonem /s/
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan
adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila
pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara
itu (Chaer, 2007: 116). Fonem /s/ ialah termasuk jenis bunyi tak bersuara. Pada
anak usia 3 tahun, dalam proses menghasilkan bunyi fonem /s/ termasuk sulit,
karena bunyi yang dihasilkan berasal dari dalam serta agak mendesis. Fonem /s/
tersebut berubah menjadi fonem /k/ yang lebih mudah dihasilkan oleh anak tekak. Perhatikan cuplikan dalam
percakapan berikut.
Donis : ibu (memanggil)
Ibo Donis : dalem
(iya)
Donis : mbak
ik nendi bu? (mbak is dimana bu)
Ibu
Donis : sekolah dek?
(Percakapan
3)
Berdasarkan cuplikan percakapan di atas
jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /s/ belum terjadi. Donis dalam
mengucapkan fonem /s/ berubah menjadi fonem /k/, yaitu dari kata nama /mbak is/
menjadi /mbak ik/. Perhatikan pula cuplikan dalam percakapan berikut.
Donis : bu, tumbas
ek neng kono (Bu, beli es di sana)
Ibu Donis : tumbas
dewe ho? (beli sendiri ya)
Donis : moh,
karo ibu wae (gak mau, sama ibu
aja)
(Percakapan
4)
Berdasarkan cuplikan percakapan di atas
jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /s/ belum terjadi. Donis dalam
mengucapkan fonem /s/ berubah menjadi fonem /k/, yaitu dari kata /es/ menjadi
/ek/. Donis belum mampu sepenuhnya menguasai fonem /s/.
Jadi, hal tersebut merupakan bentuk tahap
pemerolehan fonologi yang termasuk kategori umum yang banyak dialami oleh
anak-anak dengan umur sekitar 3 tahunan, yaitu pada pengucapan fonem /s/.
Dengan demikian, pemerolehan fonologi pada
anak bernama Donis berumur 3 tahun, yaitu pada pemerolehan fonem /r/ dan /s/
diperoleh dalam lingkungan keluarga yang membantunya dalam meggunakan kosa kata
yang mampu diucapkan dan dimengerti olenya.
Simpulan
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk
pemerolehan fonologi pada anak usia 3 tahun yang bernama Donis, yaitu
pemerolehan fonem /r/ yang berubah menjadi /l/ dari data yang disampaikan
(percakapan 1 dan 2), dan pemerolehan fonem /s/ yang berubah menjadi /k/ dari
data yang disampaikan (percakapan 3 dan 4). Proses pemerolehan juga dipengaruhi
oleh peranan keluarga sebagai perantara pemahaman seorang anak terhadap bahasa
pertamanya.
Daftar Pustaka
Bintangkecilungu. 2011. Pemerolehan bahasa anak (Kajian Mean Length Of Utterance (MLU) Pada Anak Usia 3 Tahun 8 Bulan).(Online).
(Http://Bintangkecilungu.Wordpress.Com/2011/06/13/Pemerolehan-Bahasa-Anak-Kajian-Mean-Length-Of-Utterance-Mlu-Pada-Anak-Usia-3-Tahun-8-Bulan,
diakses Senin 24 juni 2013).
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer,
Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian
Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo,
Soenjono. 2000. ECHA, Kisah Perolehan
Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Darjowodjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik:
Pengatar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Gerungan. 1996 . Psikologi Sosial.
Yogyakarta : PT Eresco.
Kushartanti, Untung Yuwono, dan
Multamia RMT Lauder, 2005. Pesona Bahasa,
Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Simanjuntak, Mangantar. 1982. “Pemerolehan Bahasa Melayu: Bahagian
Fonologi”. Jurnal Dewan Bahasa, Ogos/September, 615-625.
Slameto. 2003. Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Werdiningsih, Dyah. 2002. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Wibowo,
Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa.
Jakarta: Gramedia.
Yanti,
arni. 2013. “Studi Kasus Pemerolehan Bahasa Pada
Anak Usia 3 Tahun”. Jurnal.
Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusoff, Abdullah dan Che Rabiah Mohamed. 1995. “Teori Pemelajaran
Sosial dan Pemerolehan Bahasa Pertama”. Jurnal
Dewan Bahasa, Mei. 456-464.
Lampiran
Data percakapan antara
Donis, Ibu Donis, dan Mbak is.
Setting : Rumah Donis
Donis : Bu’, tumbas loti? (Bu, beli roti)
Ibu Doni : Lah
mau kan mpun tumbas? (Kan tadi sudah beli)
Donis : tumbas
neh (beli lagi)
Ibu Donis : nek wes iki mpun ho ? (habis ini sudah
ya)
Donis :
ha’ah (ya)
Bulek Is : Ibu nendi
dek? (ibu dimana dek)
Donis : neng mbuli (di belakang)
Bulek Is : nendi rak ono? (dimana, tidak ada)
Donis :
Jek papung (lagi mandi)
Bulek Is : oh,
iya
Donis :
ibu (memanggil)
Ibo Donis : dalem
(iya)
Donis : mbak ik nendi bu? (mbak is dimana bu)
Ibu Donis : sekolah dek?
Donis :
bu, tumbas ek neng kono (Bu,
beli es di sana)
Ibu Donis : tumbas
dewe ho? (beli sendiri ya)
Donis : moh, karo ibu wae (gak mau, sama ibu aja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar