Senin, 09 Desember 2013

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA: FONOLOGI

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA: FONOLOGI DALAM KELUARGA PADA ANAK USIA 3 TAHUN

Oleh
Heni Ismawati
10.0504.H


Abstrak

Bahasa pada anak-anak menjadi sorotan bagi kehidupan orang-orang sekitar yang mengenalnya dalam peristiwa komunikasi. Anak menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu terjadi di lingkungan keluarga seorang anak. Proses tersebut mengandung porsi fonologi yang berkaitan dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan dalam tahapan pemerolehan bahasa pada anak. Anak-anak usia 3 tahun mempunyai pemerolehan bahasa yang berbeda-beda. Pemerolehan tersebut berhubungan dengan taraf kognitif tiap anak dan penampilan (tingkah laku) yang ditunjukkan dalam kegiatan berbahasa.

Kata kunci: Pemerolehan bahasa, pemerolehan bahasa pertama, pemerolehan
fonologi


Pendahuluan

Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001: 3). Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial baik sebagai alat pemersatu maupun sebagai cara mengidentifikasi kelas sosial atau kelompok sosial. Dalam berkomunikasi, setiap individu berfikir untuk memilih dan menggunakan bahasa tertentu untuk berkomunikasi dengan individu lain.
            Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari adanya proses pemerolehan bahasa itu sendiri. Pemerolehan bahasa adalah sebuah tahapan atau proses di dalam otak secara kognitif yang dialami oleh manusia pada masa kanak-kanak, saat memperoleh bahasa pertamanya. Bahasa yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya adalah bahasa Ibu (mother language) atau sering disebut dengan bahasa pertama (first language). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi (Chaer, 2009: 167).
Pemerolehan bahasa pada anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikhis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat, dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikhis, kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata.
Berkaitan dengan pola pengucapan oleh anak-anak pada umumnya, perlu diperhatikan beberapa persamaan dan perbedaan untuk beberapa vokal dan konsonan tertentu. Pengucapan kata berdasarkan sistem tanda (simbol) ini dipelajari oleh cabang ilmu bahasa yang disebut fonologi. Sebagaimana dijelaskan oleh Kushartanti, ilmu tentang bunyi pada umumnya disebut fonetik; bunyi bahasa diteliti dan diuraikan dalam fonologi atau fonemik. Ilmu atau sistem tentang makna disebut semantik. Leksikon, gramatika, dan fonologi sebagai tiga bagian dari struktur bahasa menyangkut segi makna dan segi bunyi dari bahasa; oleh sebab itu juga mempunyai aspek semantis dan aspek fonetis. Subsistem fonologi atau struktur fonologis mencakup segi-segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan dengan ciri-cirinya (yang diteliti oleh fonetik), maupun yang bersangkutan dengan fungsinya dalam komunikasi (Kushartanti, 2005:7).
Pemerolehan bahasa pasti terjadi dalam sebuah lingkungan. Salah satunya adalah lingkungan atau lingkup keluarga dimana seorang anak tinggal bersama orang tuanya (keluarganya). Dalam hal ini keluarga berperan penting dalam proses pemerolehan bahasa pada anaknya, dan membantunya menggunakan bahasa sebagai wujud komunikasi kepada orang-orang disekitarnya. Pemerolehan bahasa oleh seseorang secara tidak langsung dan dikatakan aktif berlaku dalam kalangan kanak-kanak dalam lingkungan umur 2-6 tahun. Hal ini tidak bermakna orang dewasa tidak memperoleh bahasa tetapi kadarnya tidak sehebat anak-anak.
Salah satu patokan usia kanak-kanak yang sangat menarik terjadi pada usia 3 tahun. Pada usia tersebut, seorang anak mengalami masa peralihan yang cukup signifikan dalam hal pemerolehan bahasa pertamanya, khususnya dalam lingkup keluarga. Bahasa dalam wujud ujaran yang dilontarkan oleh anak usia 3 tahun tersebut, menarik perhatian setiap orang yang mendengarnya. Baik dari segi pelafalan yang meliputi kosa-kata maupun cara penyampaiannya. Anak-anak usia 3 tahun mempunyai pemerolehan bahasa yang berbeda-beda. Pemerolehan tersebut berhubungan dengan taraf kognitif tiap anak dan penampilan (tingkah laku) yang ditunjukkan dalam kegiatan berbahasa.
Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis membahas lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk pemerolehan bahasa pertama berupa fonologi (fonetik) dalam keluarga yang terjadi pada anak usia 3 tahun. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk pemerolehan bahasa pertama berupa fonologi dalam keluarga yang terjadi pada anak usia 3 tahun.

Kajian Teori                                                                                                             
Brookes (dalam Yusoff, 1995: 456) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa dalam bentuk yang paling sederhana bagi setiap bayi bermula pada waktu bayi itu berumur lebih kurang 18 bulan dan mencapai bentuk yang hampir sempurna ketika berumur lebih kurang empat tahun. Menurut Simanjuntak (1982: 12) pemerolehan bahasa bermaksud penguasaan bahasa oleh seseorang secara tidak langsung dan dikatakan aktif berlaku dalam kalangan anak-anak dalam lingkungan umur 2-6 tahun.
Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses perkembangan bahasa manusia. Kanak-kanak sejak lahir telah diberi kemampuan untuk memperoleh bahasanya. Pemerolehan bahasa ini dipengaruhi pula oleh interaksi sosial dan perkembangan kognitif anak. Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh melalui sebuah proses sehingga perlu ada pendekatan-pendekatan tertentu di dalamnya (Yanti, 2013: 1). Proses pemerolehan bahasa merupakan suatu hal yang kontroversial antara para ahli bahasa. Permasalahan yang diperdebatan antara para ahli adalah pemerolehan bahasa yang bersifat nuture dan nature (Dardjowidjojo, 2010: 235).
Dari beberapa pendapat tentang pemerolehan bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses bagaimana bahasa diperoleh anak-anak dengan kemampuan kognitif dan afektif yang dia miliki untuk mewujudkan bahasa sebagai bentuk komunikasi verbal, sehingga anak dapat diterima oleh lingkungan dimana dia berada.
Pemerolehan bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak yang biasa disebut bahasa ibu. Setiap anak yang normal pada usia di bawah lima tahun dapat berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan di lingkungannya, walaupun tanpa pembelajaran formal. Dalam usia ini pada umumnya anak-anak telah menguasai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dari bahasa pertamanya (Bintangkecilungu, 2011: 2). Penguasaan atau perkembangan bahasa anak diperoleh secara bertahap. Bahasa yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya adalah bahasa Ibu (mother language) atau sering disebut dengan bahasa pertama (first language). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi (Chaer, 2009: 167).
Dari beberapa pendapat tentang bahasa pertama tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikenalkan oleh orang tua kepada anaknya agar dapat berkomunikasi dengan melalui kegiatan berbahasa. Sehingga, tak jarang bahasa daerah sering disebut sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat.
Dalam kaitan antara konsep universal dengan pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan fonologis, Jakobson dan Clark and Clark (dalam Dardjowidjojo, 2000: 21), mengemukakan adanya keuniversalan dalam bunyi-bunyi pada bahasa itu sendiri serta urutan pemerolehannya. Subsistem fonologi atau struktur fonologis mencakup segi-segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan dengan ciri-cirinya (yang diteliti oleh fonetik), maupun yang bersangkutan dengan fungsinya dalam komunikasi (Kushartanti, 2005:7).
Dari beberapa pendapat tentang pemerolehan fonologi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan fonologi ialah porsi fonologi yang berkaitan dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan dalam tahapan pemerolehan bahasa pada anak dalam proses pemerolehan bahasanya.
Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:45). Menurut Slameto (2003: 60) lingkungan keluarga akan memberi pengaruh pada siswa berupa.
1.    Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang tua tidak menyediakan peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar.
2.    Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan belajar anak.
3.    Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang sering terjadi dikeluarga. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah dirumah dan dapat belajar dengan baik.
4.    Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi anak erat kaitanya dengan belajar anak. Pada kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang memyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak, tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong keberhasilan anak.

Dari pendapat tentang keluarga atau lingkungan keluarga tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan sebuah lingkup pertama yang menaungi sesesorang dalam kehidupannya dan membantunya memposisikan diri sebagai bagian dari lingkungan tersebut.
Usia kanak-kanak yang sangat menarik terjadi pada usia 3 tahun. Pada usia tersebut, seorang anak mengalami masa peralihan yang cukup signifikan dalam hal pemerolehan bahasa pertamanya, khususnya dalam lingkup keluarga. Bahasa dalam wujud ujaran yang dilontarkan oleh anak usia 3 tahun tersebut, menarik perhatian setiap orang yang mendengarnya. Baik dari segi pelafalan yang meliputi kosa-kata maupun cara penyampaiannya. Anak-anak usia 3 tahun mempunyai pemerolehan bahasa yang berbeda-beda.
Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat, dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan kematangan otaknya. Berdasarkan uraian tersebut, anak usia 3 tahun menjadi bahasan dalam pemerolehan bahasa pertama dari segi fonologi (fonetiknya).

Pembahasan
Bahasa pertama merupakan bahasa yang digunakan oleh pamakai bahasa, dan cara memperolehnya pada saat pertama kali mengenal bahasa. Bahasa ini diperoleh dari keluarga yang mengenalkan yaitu adanya bunyi-bunyi bahasa sehingga terbentuk kata, lalu menjadi sebuah tatanan kata. Namun, proses tersebut menjadi indah ketika pemerolehan fonologi atau bunyi menjadi tidak sesempurna yang diinginkan oleh yang membelajarkannya, karena adanya faktor internal masa kanak-kanak yang cenderung umum. Moment ini terjadi pada anak-anak, khususnya pada usia 3 tahun. Usia tersebut dipilih karena merupakan usia peralihan bahasa pada anak. Ketika bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap mereka tidak sesuai dengan substansi konteks kata, tetapi konteks makna tetap sama. Penelitian ini mengambil sampel seorang anak laki-laki berumur ± 3 tahun bernama Donis. Berikut adalah hasil analisisnya.

1.    Pemerolehan Fonem /r/
Pada dasarnya pemerolahan bahasa anak-anak itu melalui beberapa tahap. Anak tidak secara langsung bisa mengucapkan semua fonem dalam tataran bunyi. Pemerolehan fonem paling mudah ialah pada fonem /b/. Misalnya kata “Ibu”, karena fonem /b/ merupakan bunyi bilabial (bibir atas dan bibir bawah) yang pertama kali dikuasai anak.
Lain halnya dengan fonem /r/ yang penguasaannya melalui beberapa tahap. Dalam Werdiningsih (2002:6-7) dijelaskan bahwa pemerolehan atau penguasaaan fonem /r/ diperoleh pembelajar bahasa Jawa melalui empat tahap, yaitu (1) tahap zero (kosong) yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /oti/, (2) tahap /r/ berubah menjadi /y/ yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /yoti/, (3) tahap /r/ berubah menjadi /l/ yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /loti/ dan (4) tahap /r/ terelisasi fonem /r/ yang tamak pada ucapan /roti/ diucapkan /roti/ pula. Perhatikan cuplikan dalam percakapan berikut.

Donis          :      Bu’, tumbas loti? (Bu, beli roti)
Ibu Donis    :      Lah mau kan mpun tumbas? (Kan tadi sudah beli)
Donis          :      tumbas neh (beli lagi)
Ibu Donis    :      nek wes iki mpun ho ? (habis ini sudah ya)
Donis          :      ha’ah (ya)
                                                                                                            (Percakapan 1)

Berdasarkan cuplikan percakapan di atas jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /r/ mengalami tahapan-tahapan tertentu. Donis dalam mengucapkan fonem /r/ dari kata /roti/ menjadi /loti/ . Sehingga, dalam hal ini Donis dapat dikatakan mengalami tahap III dalam penguasaan fonem /r/, yakni fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Perhatikan pula cuplikan dalam percakapan berikut.

Bulek Is      :      Ibu nendi dek? (ibu dimana dek)
Donis          :      neng mbuli (di belakang)
Bulek Is      :      nendi rak ono? (dimana, tidak ada)
Donis          :      Jek papung (lagi mandi)
Bulek Is      :      oh, iya
                                                                                                            (Percakapan 2)

Berdasarkan cuplikan percakapan di atas jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /r/ mengalami tahapan-tahapan tertentu. Donis dalam mengucapkan fonem /r/ dari kata /mburi/ menjadi /mbuli/ . Kata “mburi” adalah kosa kata bahasa jawa yang berarti “belakang”. Sehingga, dalam hal ini Donis dapat dikatakan mengalami tahap III dalam penguasaan fonem /r/, yakni fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
Jadi, hal tersebut merupakan bentuk tahap pemerolehan fonologi yang termasuk kategori umum yang banyak dialami oleh anak-anak dengan umur sekitar 3 tahunan, yaitu pada pengucapan fonem /r/.

2.    Pemerolehan Fonem /s/
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu (Chaer, 2007: 116). Fonem /s/ ialah termasuk jenis bunyi tak bersuara. Pada anak usia 3 tahun, dalam proses menghasilkan bunyi fonem /s/ termasuk sulit, karena bunyi yang dihasilkan berasal dari dalam serta agak mendesis. Fonem /s/ tersebut berubah menjadi fonem /k/ yang lebih mudah dihasilkan oleh anak tekak. Perhatikan cuplikan dalam percakapan berikut.

Donis          :      ibu (memanggil)
Ibo Donis    :      dalem (iya)
Donis          :      mbak ik nendi bu? (mbak is dimana bu)
Ibu Donis    :      sekolah dek?
                                                                                            (Percakapan 3)

Berdasarkan cuplikan percakapan di atas jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /s/ belum terjadi. Donis dalam mengucapkan fonem /s/ berubah menjadi fonem /k/, yaitu dari kata nama /mbak is/ menjadi /mbak ik/. Perhatikan pula cuplikan dalam percakapan berikut.

Donis          :      bu, tumbas ek neng kono (Bu, beli es di sana)
Ibu Donis    :      tumbas dewe ho? (beli sendiri ya)
Donis          :      moh, karo ibu wae (gak mau, sama ibu aja)

                                                                                            (Percakapan 4)
Berdasarkan cuplikan percakapan di atas jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /s/ belum terjadi. Donis dalam mengucapkan fonem /s/ berubah menjadi fonem /k/, yaitu dari kata /es/ menjadi /ek/. Donis belum mampu sepenuhnya menguasai fonem /s/.
Jadi, hal tersebut merupakan bentuk tahap pemerolehan fonologi yang termasuk kategori umum yang banyak dialami oleh anak-anak dengan umur sekitar 3 tahunan, yaitu pada pengucapan fonem /s/.
Dengan demikian, pemerolehan fonologi pada anak bernama Donis berumur 3 tahun, yaitu pada pemerolehan fonem /r/ dan /s/ diperoleh dalam lingkungan keluarga yang membantunya dalam meggunakan kosa kata yang mampu diucapkan dan dimengerti olenya.

Simpulan
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pemerolehan fonologi pada anak usia 3 tahun yang bernama Donis, yaitu pemerolehan fonem /r/ yang berubah menjadi /l/ dari data yang disampaikan (percakapan 1 dan 2), dan pemerolehan fonem /s/ yang berubah menjadi /k/ dari data yang disampaikan (percakapan 3 dan 4). Proses pemerolehan juga dipengaruhi oleh peranan keluarga sebagai perantara pemahaman seorang anak terhadap bahasa pertamanya.

Daftar Pustaka

Bintangkecilungu. 2011. Pemerolehan bahasa anak (Kajian Mean Length Of Utterance (MLU) Pada Anak Usia 3 Tahun 8 Bulan).(Online).

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA, Kisah Perolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Darjowodjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik: Pengatar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gerungan. 1996 . Psikologi Sosial. Yogyakarta : PT Eresco.
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, 2005. Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Simanjuntak, Mangantar. 1982. “Pemerolehan Bahasa Melayu: Bahagian Fonologi”. Jurnal Dewan Bahasa, Ogos/September, 615-625.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Werdiningsih, Dyah. 2002. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.        

Yanti, arni. 2013. “Studi Kasus Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia 3 Tahun”. Jurnal. Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusoff, Abdullah dan Che Rabiah Mohamed. 1995. “Teori Pemelajaran Sosial dan Pemerolehan Bahasa Pertama”. Jurnal Dewan Bahasa, Mei. 456-464.





Lampiran


Data percakapan antara Donis, Ibu Donis, dan Mbak is.
Setting     :    Rumah Donis

Donis          :      Bu’, tumbas loti? (Bu, beli roti)
Ibu Doni    :      Lah mau kan mpun tumbas? (Kan tadi sudah beli)
Donis         :      tumbas neh (beli lagi)
Ibu Donis   :      nek wes iki mpun ho ? (habis ini sudah ya)
Donis          :      ha’ah (ya)
Bulek Is     :      Ibu nendi dek? (ibu dimana dek)
Donis          :      neng mbuli (di belakang)
Bulek Is     :      nendi rak ono? (dimana, tidak ada)
Donis          :      Jek papung (lagi mandi)
Bulek Is      :      oh, iya
Donis          :      ibu (memanggil)
Ibo Donis   :      dalem (iya)
Donis          :      mbak ik nendi bu? (mbak is dimana bu)
Ibu Donis   :      sekolah dek?
Donis          :      bu, tumbas ek neng kono (Bu, beli es di sana)
Ibu Donis   :      tumbas dewe ho? (beli sendiri ya)
Donis          :      moh, karo ibu wae (gak mau, sama ibu aja)
                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar